Anonymous
6/13/2025, 4:23:49 AM
No.211672846
>>211672822
Merujuk pada sejarah yang dituturkan saksi hidup yang sempat kami wawancarai, kekecewaan pribumi pada komunitas China bermula dari diketahuinya lokasi pejuang pribumi oleh tentara Jepang. Pejuang pribumi saat itu banyak dieksekusi di tempat persembunyiannya. Apa yang mereka rencanakan selalu diketahui oleh tentara tentara Jepang.
Atas keganjilan tersebut, pribumi saat itu memutar otak. Mereka mencari dimana letak keganjilannya. Mereka berpikir ada sesuatu yang telah terjadi. Pengkhianatan terhadap mereka telah dilakukan.
Pejuang pribumi yang tersisa mengutus anak-anak untuk memata-matai beberapa oknum yang dicurigai. Mereka disuruh bermain-main di halaman sejumlah kedai yang acap digunakan tentara Jepang berkumpul. Mulailah anak-anak bermain gasing, patok lele dan permainan tradisional lainnya ke tempat-tempat yang disuruh pejuang pribumi.
Usaha tersebut ternyata berhasil. Salah satu kedai kopi milik non pribumi China di Kp Balacan dikupingi pembicaraannya. Pemberi informasi memang bukan pemilik kedai, tapi langganan tetap yang juga keturunan China. Rupanya selama ini dia menjadi mata-mata (spionase) Tentara Jepang.
Singkat cerita, mata-mata Jepang tersebut "diambil malam" oleh pejuang. Dari penuturan yang kami himpun, komplotan mata-mata itu semuanya berjumlah tiga orang. Tiga orang pengkhianat tersebut dibawa ke tempat persembunyian pejuang. Di sana mereka diinterogasi dan akhirnya mengakui perbuatannya.
Atas perbuatannya itu, ketiga orang tersebut dieksekusi dengan cara yang belum pernah terpikirkan olehnya. Leher mereka digorok hingga nyaris putus dengan Kanso yang maha perihnya. Ketiga mayat tersebut diletakan menjelang subuh tepat di depan tugu tabuik sekarang ini berada. Kanso sebagai alat eksekusi masih menempel di leher mereka.(sumber pariaman today)
Moga nular di daerah lainnya.
Merujuk pada sejarah yang dituturkan saksi hidup yang sempat kami wawancarai, kekecewaan pribumi pada komunitas China bermula dari diketahuinya lokasi pejuang pribumi oleh tentara Jepang. Pejuang pribumi saat itu banyak dieksekusi di tempat persembunyiannya. Apa yang mereka rencanakan selalu diketahui oleh tentara tentara Jepang.
Atas keganjilan tersebut, pribumi saat itu memutar otak. Mereka mencari dimana letak keganjilannya. Mereka berpikir ada sesuatu yang telah terjadi. Pengkhianatan terhadap mereka telah dilakukan.
Pejuang pribumi yang tersisa mengutus anak-anak untuk memata-matai beberapa oknum yang dicurigai. Mereka disuruh bermain-main di halaman sejumlah kedai yang acap digunakan tentara Jepang berkumpul. Mulailah anak-anak bermain gasing, patok lele dan permainan tradisional lainnya ke tempat-tempat yang disuruh pejuang pribumi.
Usaha tersebut ternyata berhasil. Salah satu kedai kopi milik non pribumi China di Kp Balacan dikupingi pembicaraannya. Pemberi informasi memang bukan pemilik kedai, tapi langganan tetap yang juga keturunan China. Rupanya selama ini dia menjadi mata-mata (spionase) Tentara Jepang.
Singkat cerita, mata-mata Jepang tersebut "diambil malam" oleh pejuang. Dari penuturan yang kami himpun, komplotan mata-mata itu semuanya berjumlah tiga orang. Tiga orang pengkhianat tersebut dibawa ke tempat persembunyian pejuang. Di sana mereka diinterogasi dan akhirnya mengakui perbuatannya.
Atas perbuatannya itu, ketiga orang tersebut dieksekusi dengan cara yang belum pernah terpikirkan olehnya. Leher mereka digorok hingga nyaris putus dengan Kanso yang maha perihnya. Ketiga mayat tersebut diletakan menjelang subuh tepat di depan tugu tabuik sekarang ini berada. Kanso sebagai alat eksekusi masih menempel di leher mereka.(sumber pariaman today)
Moga nular di daerah lainnya.